Mengutip laman Bloomberg pada 18 maret 2020, pemerintah provinsi di China tempat dimana patogen virus Corona (COVID-19) mewabah, mengumumkan untuk pertama kali dalam 24 jam tidak ada lagi penambahan kasus infeksi COVID-19 yang sebelumnya telah menginfeksi lebih dari 81.000 penduduk China. Sebuah informasi yang memberikan harapan dan semangat untuk rakyat China dan juga masyarakat dunia.
Semenjak Desember 2019 endemik COVID-19 di Wuhan China dalam sekejap menghentak perhatian masyarakat di berbagai belahan dunia. COVID-19 menjalar ke berbagai negara hingga menjadi pandemi di hampir 100 negara di dunia. Hal ini sangat wajar mengingat China adalah salah satu hub pertumbuhan ekonomi dunia dengan laju pertumbuhan yang sangat mengesankan pada dekade ini. Tentu saja dalam posisi tersebut pergerakan manusia, barang dan jasa sangat tinggi dari China ke seluruh dunia, khususnya kawasan asia, eropa dan belahan dunia lain dan sebaliknya.
Sebagai wilayah endemik COVID-19 kawasan Wuhan adalah kawasan dengan kondisi paling parah dalam arti jumlah manusia yang terancam dan korban yang ada, aspek sosial, kondisi ekonomi hingga ditempuhnya upaya lockdown untuk menekan penyebaran COVID-19 secara lebih luas.
Dalam pemberitaan beberapa hari terakhir ini, pemerintah China telah menutup sejumlah rumah sakit yang sengaja dibangun untuk penanganan korban COVID-19 dan memulangkan beberapa tenaga medis. Lantas bagaimana pemerintah China menangani endemik COVID-19 di Wuhan hingga sukses menekan penyebaran virus serta penyembuhan bagi pasien infeksi COVID-19? Mengutip Bernard Marr kontributor Forbes, keberhasilan dalam melawan COVID-19 di Wuhan didukung penerapan teknologi 4.0 yang dibangun pemerintah China bersama seluruh stakeholder yang ada. Pemanfaatan Artificial Intelligence (AI), Data Science, dan Teknologi menjadi salah satu kunci sukses dalam melawan pandemi COVID-19. Perusahaan raksasa teknologi seperti Alibaba, Baidu dan Huawei melakukan akselerasi bersama-sama perusahaan-perusahaan di bidang kesehatan dan Pemerintah China bahu membahu melawan COVID-19. Berikut adalah upaya pemanfaatan teknologi terkini untuk menahan dan melawan COVID-19 di Wuhan.
Pemanfaatan AI untuk melacak dan memprediksi meledaknya wabah.
Semakin baik dalam pelacakan penyebaran virus maka semakin baik untuk melawan dan mengendalikannya. Pelacakan informasi dilakukan berdasar pelaporan kasus, platform media sosial, dan document pemerintah terkait pemantauan endemi. AI dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi terjadinya sebuah wabah. BlueDot adalah startup teknologi di Canada yang menyediakan layanan terkait dengan AI untuk pelacakan risiko terkait dengan penyakit infeksi. Sebelum WHO memberikan peringatan kepada publik terkait dengan ancaman pandemi, BlueDot telah memperingatkan beberapa hari sebelumnya terkait dengan ancaman pandemi tersebut.
AI membantu diagnosis virus lebih efisien
Intervision adalah perusahaan di bidang AI yang memberikan layanan untuk melakukan diagnosis virus secara lebih efisien. AI sangat membantu bagi paramedis yang langsung berhadapan dengan kasus untuk mampu mendeteksi dan mendiagnosis lebih akurat dan lebih cepat. Bagian radiologi sangat terbantu dengan penerapan AI tersebut pada saat peningkatan volume permintaan layanan di tengah wadah COVID-19. Alibaba juga membuat AI untuk sistem diagnosis virus yang diklaim mampu mendeteksi dengan akurasi 96% hanya dalam hitungan beberapa detik.
Proses klaim layanan kesehatan yang baik
Melonjaknya penanganan kesehatan tidak hanya terkait proses klinis tetapi proses layanan menyangkut urusan administrasi juga melonjak drastis dan membutuhkan kecepatan. Ant Financial sebuah perusahaan inovasi teknologi yang berbasis di Hangzhou, yang sekaligus operator Alipay turut berkontribusi dengan menawarkan platform blockchain yang mampu mempercepat proses klaim pelayanan kesehatan dan mengurangi proses tatap muka antara pasien dengan staf rumah sakit.
Pemanfaatan drone untuk menyuplai obat
Salah satu metode pengiriman obat secara cepat dan aman ke wilayah yang sedang terjangkit wabah adalah dengan menggunakan drone. Terra Drone salah satu penyedia layanan drone terbesar di dunia menggunakan UAV (Unmanned Aerial Vehicle) untuk mengirim sampel medis dan material terlindungi dari pusat pengendalian wabah ke rumah sakit atau sebaliknya. Drone juga digunakan untuk patroli di ruang-ruang publik, melacak pelanggar yang tidak patuh terhadap tindakan karantina, serta untuk memonitor temperatur menggunakan citra termal.
Pemanfaatan Robot
Robot adalah instrumen yang tidak rentan oleh virus. Robot dikembangkan dan digunakan untuk mengerjakan proses pembersihan, sterilisasi, pengiriman makanan dan obat-obatan guna mengurangi interaksi antar manusia. Robot UVD yang dikembangkan oleh Blue Ocean Robotics menggunakan ultraviolet untuk melakukan sterilisasi otomatis terhadap bakteri dan virus. Pudu Technology mengembangkan robot pada layanan katering lebih dari 40 rumah sakit di China.
Pengembangan Obat
Google’s DeepMind menggunakan algoritma AI terkini untuk mengungkap karakteristik protein penyusun virus Corona untuk mendukung upaya penanganan COVID-19. BenevolentAI salah satu perusahaan inovasi bidang AI yang menghasilkan berbagai obat terkait dengan penyakit-penyakit pandemi di seluruh dunia juga turut berkontribusi dalam penanganan wabah virus Corona. Pada tahap awal BenevolentAI fokus pada obat terkait dengan penyakit infeksi. Dalam beberapa minggu setelah berlangsungnya wabah, BenevolentAI menggunakan kemampuan prediksinya untuk memberikan alternatif obat yang ada yang mungkin bisa digunakan.
Masker kualitas tinggi
Sonovia Tech adalah sebuah startup asal Israel mengembangkan masker wajah anti patogen dan anti bakteri dari bahan nanopartikel metal-oxide guna meningkatkan sistem perlindungan kesehatan.
AI untuk mengidentifikasi ketidakpatuhan dan orang terinfeksi
SenseTime sebuah perusahaan artificial intelligence dan deep learning technology dengan baik mengembangkan sistem surveillance menggunakan technology facial recognition dan deteksi panas untuk mengidentifikasi orang yang mengidap demam yang bisa jadi disebabkan oleh COVID-19. Dengan teknologi yang sama smart helmet dikembangkan di Provinsi Sichuan untuk mendeteksi penderita demam. Pemerintah China juga mengembangkan Health Code yang menggunakan Big Data untuk melakukan asesmen risiko individu berdasar riwayat perjalanan yang dilakukan, berapa kali berada pada wilayah terjangkitnya virus dan seberapa besar potensial terpapar dari individu pembawa virus. Individu ditandai dengan warna merah, kuning, dan hijau dan mereka dapat mengakses informasi tersebut via aplikasi populer WeChat atau Alipay untuk mengindikasi jika mereka perlu di karantina atau tindakan lainnya.
Chatbots untuk menyebarkan informasi
Tencent sebagai operator WeChat menyediakan layanan konsultasi kesehatan bagi masyarakat terkait mewabahnya COVID-19. Chatbots juga sangat penting mendukung layanan informasi di bidang industri perjalanan dan wisata untuk menyediakan update informasi menyangkut prosedur dan larangan yang sewaktu-waktu dapat berubah.
Supercomputer mendukung penemuan vaksin virus
Dukungan teknologi cloud komputer dan superkomputer dari raksasa perusahaan teknologi seperti Tencent, DiDi, dan Huawei digunakan oleh para peneliti untuk mempercepat pengembangan obat penyembuhan dan vaksin untuk melawan virus. Dukungan teknologi tersebut digunakan untuk mempercepat perhitungan dan menyusun solusi model yang lebih cepat dibanding penggunaan teknologi standar sejenis.
Dalam level pandemi global sebagaimana kasus COVID-19 penggunaan AI, Data Science, dan Teknologi menjadi sangat penting guna membantu masyarakat dalam menyikapi wabah yang ada. Kasus endemik COVID-19 di Wuhan memberikan pelajaran terkait model penerapan teknologi terkini utk melawan pandemik COVID-19 bagi kota lainnya di seluruh dunia. (admin/irw)
Semoga indonesia dg keterbatasan teknologi, tdk menjadikan kendala utk memerangi laju perkembangan covid-19. Badai pasti berlalu…. Allah bersama kita….