“Jika orang lain selalu salah dimatamu, Mungkin ada yang harus diperbaiki dengan hatimu” quote yang sangat viral berseliweran di media sosial atau blog. Media sosial telah mentransformasi cara kita berinteraksi dengan sesama. Dunia telah menjadi selebar layar smartphone. 24/7 kita terkoneksi dalam tautan grup-grup pertemanan.
Seringkali kita menemukan orang dalam grup pertemanan atau diri kita sendiri selalu memandang salah pendapat orang lain. Seolah tidak ada sisi kebenaran dari orang lain tersebut. Setiap pendapat orang lain selalu salah, selalu teringkari, selalu inferior. Menganggap diri paling benar dan paling hebat. Jika kita berada dalam situasi yang demikian, quote di atas menyarankan kita untuk menengok hati.
Barangkali ada yang salah dengan hati. Bisa jadi kita salah dalam merespek orang, salah dalam menghormati orang, salah dalam menghargai orang, salah dalam menempatkan orang dan keliru dalam menempatkan diri. Bisa jadi pula kita sedang menutupi kelemahan dan kepicikan diri.
Mungkin saja ada ketidakiklasan dan ketidakjujuran. Ada benih kesombongan dan keangkuhan. Bisa jadi memang benar, ada yang salah dengan hati kita. Ada penyakit jiwa menggerogoti hati kita.
Ada benarnya untuk melihat hati, sebelum menuding dan melimpahkan kesalahan pada orang lain. Jika ada yang rusak dengan hati kita, tentu harus segera diobati dan dipulihkan kembali. Penyakit hati bisa menjadi sumber kesalahan saat kita melihat dan menempatkan orang lain.
Bisa jadi kerusakan hati dipicu oleh kesalahan mata dalam melihat dan memahami kebenaran orang lain. Otot mata kehilangan kelenturan untuk beradaptasi dengan obyek yang kita lihat. Fokus mata gagal menyesuaikan jarak obyek yang jauh dari kita. Mata tidak mampu mengenali dan memahami obyek dengan baik, menyebabkan kegagalan memahami obyek.
Ketika mata gagal memahami obyek, maka otak dan bawah sadar kita akan mengidentifikasi obyek berdasar ego, pengalaman dan persepsi pribadi. Hal ini bisa benar dan tentu saja bisa salah. Benar subyektif menurut persepsi kita, belum tentu benar secara obyektif, kebenaran umum atau orang lain.
Kegagalan mata mengenali keberadaan obyek jauh dan hanya mampu melihat obyek jarak dekat sering di sebut Myopia (rabun jauh). Suatu kelainan atau gejala penurunan fungsi penglihatan terhadap obyek jauh.
Kembali ke quote diatas, ketika orang lain selalu salah dimatamu bisa jadi matamu yang harus dikoreksi. Bisa jadi matamu mengalami gejala myopia. Myopia mind atau rabun pikiran sedang menjangkitimu. Ada yang perlu dikoreksi dengan mata pikiranmu serta cara pandangmu.
Latihlah mata pikiran melihat kebenaran dunia luar yang sangat luas dan komplek agar otot mata pikiran lentur tidak terkungkung dari apa yang ada pada diri saja. Berikanlah jiwa dengan asupan preferensi yang baik. Preferensi dari mata pikiran yang sehat. Agar tidak terbelenggu oleh pikiran subyektif dan ego.
Dengan melatih otot mata pikiran melihat jauh kedepan dan terbuka kepada apa dan dari siapapun kebenaran maka myopia bisa dihindari, dicegah dan dipulihkan. Jagalah kelenturan otot mata pikiran terhadap realitas obyek pada diri sendiri atau orang lain. Agar mata pikiran bisa berfungsi secara obyektif.
Memperluas cakrawala mata pikiran akan menyadarkan diri bahwa banyak aspek yang tidak semua bisa dikuasai. Menyadarkan kelemahan pribadi. Menyadarkan perlunya menjadi pendengar dan pembelajar yang baik.
Saat mata pikiran mampu melihat realitas obyek yang ada pada diri atau orang lain dengan sama baik, maka kita akan mendapatkan preferensi obyek dengan baik pula. Hal ini akan menuntun hati berkompromi dengan realitas yang ada. Hati akan menuntun dan menjauhkan kita dari kesombongan serta kecongkakan. Kebesaran hati menjaga dari perbuatan menyakiti orang lain serta memberikan keteduhan dan keikhlasan.
Jadi sebelum menengok ke dalam hati, coba cek mata pikiran, barangkali ada yang tidak beres dengan mata pikiran. Bisa jadi kita mengalami myopia. Segera cek dan latih kelenturan mata pikiran agar kita bisa jernih dalam melihat setiap perkara baik pada diri atau orang lain. Jika mata pikiranmu rabun, tahan dulu ucapanmu dan tahan dulu jari-jarimu dari layar sosial media agar kebodohan dan kepicikan tidak menelanjangimu. Ayo tes mata kita!!
Muhasabah untuk menjadikan kita bijaksana dalam bersikap nggeh Pak Ketua. Bagus dan berisi untuk dibaca dan diresapi
Betul Bu wardha.. Leres