Pasar global Cloud GIS hingga 2025 diperkirakan laju pertumbuhan majemuk tahunan (CAGR)mencapai 11% merujuk pada Reseach N Report (RNR). Mengutip Market Mirror, pasar global SIG dari tahun 2016 hingga akhir tahun 2024 tumbuh dari 7.829.30 juta USD menjadi 19.212.34 juta USD. Cloud GIS merupakan provider web-gis mapping yang meningkatkan kemampuan web-gis konvensional menjadi lebih fleksibel dan efisien dalam kolekting, prosesing, analisa, pengelolaan dan penyajian informasi (geografi/keruangan). Cloud GIS digunakan dalam akses data, distribusi data, penggalian data, ecommerce, dan pemanfaatan pada bidang lainnya. Segment pasar Cloud GIS terutama adalah bidang pemerintah, bidang keselamatan publik, bidang transportasi, bidang bisnis, bidang pengelolaan sumberdaya alam, bidang pengelolaan utilitas dan bidan telekomunikasi. Sedangkan tipe produk layanan Cloud GISyang utama adalah SaaS, PaaS, dan Laas. SaaS (Softwar as a Service) adalah dukungan aplikasi oleh vendor perangkat lunak yang mengembangkan aplikasi web yang diinjek dan dioperasikan oleh pihak lain secara mandiri untuk dimanfaatkan oleh pelanggan. PaaS (Platform as a Service)adalah layanan cloud yang disediakann dalam bentuk platfom yang dapat dimanfaatkan oleh pelanggan untuk membuat aplikasi tertentu. Sedangkan LaaS (Insfrastructure as a Service) adalah jenis layanan cloud dalam bentuk penyediaan fisik server dan komputer virtual. Para pemain teknologi GIS global seperti ESRI, Google Maps, Bing Map (microsoft), SuperMap, Zondy Crber, GeoStar, Hexagon Geospatial, CARTO, dan GIS Cloud diperkirakan masih akan tetap mendominasi dalam pasar global Gloud GIS dalam 5 tahun mendatang. Bagaimana dengan pasar Cloud GISdi Indonesia? Apakah akan turut berkembang?Dalam tahapan pembangunan saat, Pemerintah Indonesian meletakkan pembangunan infrastruktur sebagai tulang punggung Pembangunan Nasional. Diharapkan pembangunan infrastruktur ini akan dapat mentriger pertumbuhan ekonomi nasional secara signifikan. Berdasarkan target pembangunan infrastruktur yang sepenuhnya belum bisa semua dilaksanakan, sepertinya kedepan pembangunan infrastruktur masih menjadi andalan program pemerintah dalam lima tahun kedepan. Pembangunan dan pengelolaan infrastruktur yang ada membutuhkan penyediaan data dan informasi yang handal menyangkut data keruangan dan atributnya. Kebutuhan aplikasi GIS dan dan Cloud GIS di Indonesia diperkirakan akan semakin meningkat berdasarkan pada keberadaan pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan di lima tahun depan. Penerapan GIS pada aspek pengelolaan data infrastruktur diperkirakan akan semakin meningkat dengan meningkatnya kegiatan operasional, monitoring, dan evaluasi keberadaan infrastruktur yang ada. Pembangunan utilitas jaringan transportasi dan perhubungan, utilitas jaringan penyediaan airbaku, utilitas jaringan energi (listrik dan migas), utilitas irigasi dan sumberdaya air lainnya, pemetaan-pemetaan detil (pertanahan, kehutanan, pertanian, bahan galian dan airtanah, aspek kebencanaan, penataan ruang wilayah dan pemetaan detil lainnya) merupakan kegiatan-kegiatan yang sangat membutuhkan teknologi Cloud GIS dan pendukungnya. Kebijakan satu peta “One Map Policy” yang sedang digalakkan pemerintah melalui Badan Infornasi Geospasial (BIG) akan semakin membuka pasar Cloud GIS baik di level nasional ataupun di daerah. Industri Cloud GIS sebagian dari perkembangan teknologi saat ini akan semakin penting guna mendukung pengelolaan data dan informasi yang semakin besar dan berkembang dengan pesat (Big Data) yang tentunya akan tidak efisien lagi jika menggunakan model penyimpanan data konvensional.(irw)