Pemerintah Taiwan telah melarang para pegawainya untuk menggunakan Zoom sebagai sarana Video Conference (VC) dalam berbagai kepentingan. Sebelumnya Departemen Pendidikan Pemerintah Kota New York juga melarang sekolah untuk menggunakan Zoom sebagai sarana belajar jarak jauh. SpaceX perusahaan teknologi tinggi yang dipimpin oleh Elon Musk juga melarang penggunaan Zoom untuk kepentingan VC. Kabar teranyar Menteri Pendidikan Singapura juga memerintahkan penghentian penggunaan Zoom untuk mendukung pembelajaran jarak jauh di sekolah.
Tidak dipungkiri semenjak pandemi COVID-19 hampir melanda seluruh negara di dunia anjuran physical distancing dikampanyekan untuk melawan penyebaran dan memutus rantai COVID-19. Kampanye tersebut diikuti dengan tindakan Stay at Home, Work From Home (WFH) , dan Home-Base Learning (HBL) untuk sekolah-sekolah. Pada situasi tersebut keberadaan aplikasi dan teknologi VC yang selama ini kurang dilirik menjadi pilihan yang tepat untuk mendukung WFH dan FHL tersebut. Zoom banyak menjadi pilihan dari para pengguna VC baik di lingkungan sekolah, perusahaan atau kantor lainnya.
Dalam sekejap Zoom menjadi pilihan perangkat VC paling populer saat ini. Hal ini tidak dipungkiri karena Zoom menawarkan beberapa kelebihan seperti mudah dan sederhana dalam penggunaannya, mudah berbagi link untuk mengundang calon peserta online meeting (just clicking a link) dan tersedia versi gratisnya disamping versi berbayarnya. Mengutip Fortune, kepopuleran Zoom juga mengangkat nilai kapitalisasi pasarnya hingga $ 42 miliar, sebuah nilai yang sangat fantastik yang diperoleh perusahaan yang sebelumnya kurang dipertimbangkan, hanya dalam waktu kurang dari 6 bulan. Fantastik!
Zoombombing dan keamanan data
Lalu kenapa beberapa institusi tersebut melarang penggunaan Zoom? Taiwan adalah negara pertama yang melarang penggunaan Zoom. Para peneliti mengatakan bahwa lalu lintas data Zoom mengendap pada server yang berkedudukan di China. Otoritas Pemerintah Taiwan menganggap ada risiko besar terkait aspek keamanan dan potensi kebocoran data menjadi pertimbangan tersendiri bagi Pemerintah Taiwan. Demikian juga dengan Departemen Pendidikan Pemerintah Kota New York melarang penggunaan Zoom setelah mendapat laporan adanya fenomena Zoombombing. Apa itu Zoombombing? Yaitu hadirnya peserta online meeting yang tidak diundang baik langsung atau tidak langsung dan melakukan tindakan sabotase seperti menampilkan unsur kekerasan, bullying, menampilkan gambar pornografi saat meeting berlangsung atau tindakan ilegal menyebarkan rekaman meeting ke ruang publik. Kejadian Zoombombing menjadi alasan Departemen Pendidikan Pemerintah Kota New York untuk melarang penggunaan Zoom guna melindungi 1.2 juta siswa dan 1800 sekolah. Hal yang sama dilakukan oleh Kementrian Pendidikan Singapura setelah mendapat aduan terkait adanya sabotase penayangan gambar pornografi pada Zoom saat berlangsung pembelajaran dari rumah (Home-Base Learning).
Tindakan Zoom
Mengutip South China Morning Post Eric Yuan, CEO Zoom meminta maaf dan mengakui adanya celah keamanan yang memungkinkan terjadinya sabotase, dan menjelaskan dampak panggilan yang dialihkan melalui server di China adalah minor. Pengguna di negara barat mengharapkan China komitmen menghormati dan melindungi kerahasiaan data perusahaan. Sesuai peraturan di China, penempatan server di China daratan adalah wajib untuk memenuhi kebijakan otoritas setempat yang juga mensyaratkan perlindungan keamanan data warganya. Zoom telah dan berkomitmen untuk terus meningkatkan keamanan terkait enkripsi end to end data panggilan yang selama ini diragukan keamanannya. Zoom juga telah menyembunyikan ID meeting untuk menghindari pembajakan serta menambah fasilitas Waiting Room yang memungkinkan menahan peserta bergabung dalam meeting sebelum diundang oleh host. Zoom juga menjelaskan penerapan Geofencing Server untuk menjaga kestabilan lalu lintas data dan keamanan. Metode ini dilakukan dengan mengoptimalkan server regional dan membagi beban lalu lintas data yang tinggi dengan mengalihkan pada data center terdekat yang paling memungkinkan.
Sebagai aplikasi VC paling populer Zoom tentu telah menjadi target intelijen dari berbagai kepentingan dengan memanfaatkan kelemahan yang ada melalui penyebaran malware, penyadapan dan menyebarkan rekaman web camera, dan Zoombombing.
Apa yang perlu kita lakukan?
Tentu setiap orang punya pertimbangan tersendiri menyangkut penggunaan aplikasi Zoom ini. Bagi yang menganggap kebocoran data dan kekerasan di dunia digital merupakan hal yang krusial maka perlu mengganti penggunaan aplikasi ini dengan aplikasi lain yang memberikan jaminan lebih lebih baik. Banyak pilihan aplikasi lain yang lebih aman namun tidak sesederhana Zoom. Bagi pengguna yang tetap ingin menggunakan aplikasi ini maka perlu untuk memberi tekanan pada Zoom melalui berbagai saluran yang ada untuk lebih mengedepankan perbaikan aspek keamanan. Membaca kembali kebijakan privasi penggunaan zoom terkini dan mempelajari risiko terkait bagaimana data personal anda digunakan oleh pihak Zoom.
Perlu dipertimbangkan kembali penggunaan aplikasi Zoom yang berjalan pada Windows atau Mac. Zoom untuk komputer Windows dan Mac ini memang punya kelemahan sejak dari desain produknya. Hal ini wajar karena Zoom Official tidak bekerjasama dengan Appleās official Mac app store atau Microsoft Windows app store namun menyediakan link yang bisa di download dari web. Dengan demikian jika tetap akan menggunakan Zoom lebih baik menggunakan versi Android (Google play) atau Versi iOS (App store).
Dalam setiap online meeting perlu selalu menggunakan password dan prosedur keamanan yang benar. Jangan lupa untuk selalu cek, anda harus waspada siapa tahu ada peserta online meeting yang tidak dikenal dan diundang ikut duduk manis. Pada hakikatnya physical distancing bukan memisahkan kehidupan sosial dan emosional anda tetapi hanya memisahkan jarak fisik anda. Anda masih akan menggunakan Zoom? Terserah pilihan anda! (irw-)
*) materi juga di publikasikan di geospasia dan sigindonesia.